GERAKAN TOILET BERSIH/ RIJIG (GETOL-RIJIG)

Pada tanggal 19 November dicanangkan sebagai Hari Toilet Sedunia atau World Toilet Day (WTD). Mengapa hal ini penting? Mungkin Anda belum pernah mendengar beberapa fakta berikut ini. Hingga saat ini, masih ada sekitar 40% penduduk dunia atau kurang lebih 2,5 miliar orang di bumi ini tidak memiliki akses pada fasilitas sanitasi dan toilet yang layak. Selain itu, sekitar 1,1 miliar orang terpaksa buang air besar dan buang air kecil di tempat terbuka. Hal itu tentu saja dapat mencemari lingkungan sekitarnya.

Lalu apa dampaknya? Hampir 900 juta orang di dunia dipaksa untuk mempertaruhkan hidupnya setiap hari dengan mengonsumsi air yang tercemar itu, karena mereka tidak memiliki pilihan lain. Kurang memadainya sanitasi dasar adalah pembunuh berantai tersembunyi, dimana setiap 20 detik seorang anak meninggal dunia karena penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi buruk. Jumlah ini lebih besar daripada kematian yang diakibatkan oleh AIDS, malaria, dan campak jika digabungkan.

Peringatan Hari Toilet Sedunia ini bertujuan untuk mendobrak pemikiran bahwa membicarakan permasalahan sekitar toilet adalah suatu hal yang tabu. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya fasilitas dan infrastruktur toilet, serta sanitasi yang memadai.

Menurut laporan PPB, Hari Toilet Dunia ditetapkan bukan hanya sekadar seremonial belaka, melainkan guna mendorong pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 terkait pemenuhan akses terhadap air minum dan sanitasi layak untuk seluruh masyarakat di dunia. PBB juga menegaskan bahwa air dan sanitasi merupakan hak asasi manusia, sehingga  setiap negara wajib untuk bekerjas keras dalam mempercepat kemajuan sanitasi agar setiap warganya mampu menikmati hak paling mendasar tersebut.

Menurut laporan bersama dari UNICEF dan WHO yang dirilis tahun 2012, lebih dari 1,1 miliar orang di dunia masih buang air besar di tempat terbuka. Jumlah terbesar adalah di India (626 juta), diikuti oleh Indonesia (63 juta), Pakistan (40 juta), Ethiopia (38 juta), dan Nigeria (34 juta). Dua belas negara dengan jumlah penduduk tanpa akses terhadap sanitasi layak tertinggi yaitu: India (626 juta), Indonesia (63 juta), Pakistan (40 juta), Ethiopia (38 juta), Nigeria (34 juta), Sudan (19 juta ), Nepal (15 juta), China (14 juta), Nigeria (12 juta), Burkina Faso (9,7 juta), Mozambik (9,5 juta), dan Kamboja (8,6 juta).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum 2013, baru dapat melayani 57,35%dari 62,41% target yang diamanatkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 untuk pemenuhan akses sanitasi layak kepada masyarakat khususnya TARGET 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015.

Perlu diketahui bahwa 1 gram tinja mengandung 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada badan air dan sungai bila 63 penduduk Indonesia BAB sembarangan setiap hari. Air limbah yang tidak diolah menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang dan berkontribusi terhadap polusi ke badan air, sehingga biaya pengolahan air bersih semakin mahal. Setiap tambahan konsentrasi pencemaran BOD (biochemical oxygen demand/kebutuhan oksigen biologis yang merupakan parameter kualitas air) sebesar 1 mg/liter pada sungai, meningkatkan biaya produksi air minum sekitar Rp 9,17/meter kubik. Artinya menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM sekitar 25% dari rata-rata tarif air nasional.

Setiap tahun tercatat sekitar 121.100 kasus diare yang memakan korban lebih dari 50.000 jiwa akibat sanitasi yang buruk. Tak heran bila biaya kesehatan per tahun akibat sanitasi buruk mencapai Rp 139.000 per orang atau Rp 31 triliun secara nasional.

Kehigienisan toilet menjadi tolok ukur baik atau buruknya sanitasi di suatu daerah. Sanitasi toilet sangatlah erat kaitannya dengan kesehatan. Pasalnya, toilet merupakan tempat yang bisa menjadi sumber penyakit. Karenanya, amatlah penting menjaga kebersihan toilet.

Toilet merupakan sebuah fasilitas yang amat diperlukan masyarakat, khususnya untuk membuang hajat. Karenanya, tidak heran jika keberadaan toilet, baik toilet pribadi yang ada di setiap rumah warga maupun toilet umum yang tersedia di fasilitas-fasilitas publik seperti bandara, pusat perbelanjaan, terminal bus, kantor, dan sekolah, sangatlah krusial. Namun, sayangnya, kebanyakan masyarakat Indonesia belum menyadari benar pentingnya menjaga kebersihan toilet, tidak seperti kebanyakan masyarakat di negara-negara maju. Hal itu bisa dilihat dari toilet-toilet di sejumlah ruang publik yang umumnya selalu bersih. Berbeda halnya dengan toilet-toilet umum di Indonesia, khususnya yang ada di terminal bus, kebanyakan tidak terjaga kebersihannya.

Bakteri yang terdapat dalam kamar mandi/toilet adalah Salmonella Listeria dan Bacillus yang bisa menyebabkan keracunan makanan. E-coli yang menyebabkan infeksi dan Shigella yang menyebabkan disentri. Ada juga virus di antaranya adalah Rhinovirus (penyakit flu), Rotavirus (infeksi diare pada anak-anak), Respiratory Syncytial Virus (infeksi pernapasan). Jamur tetnyata juga berdiam diri di kamar mandi/toilet, seperti Candiada yang mengakibatkan penyakit yang berhubungan dengan daerah kelamin dan  Trichophyton juga Microsorum yang menyebabkan cacingan dan bau kaki.

Bagi wanita, tentu toilet juga merupakan tempat untuk membersihkan hal-hal intim kewanitaan. Siklus kewanitaan ini begitu rentan terhadap kuman dan bakteri, sehingga wanita harus mendapatkan fasilitas yang pribadi dan higienis untuk masalah kewanitaan ini. Karena buruknya kebersihan toilet dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti infeksi urinoir dan penyakit lainnya.

(Read More)

×

Apakah anda mempunyai pertanyaan?

Klik salah satu perwakilan kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp atau mengirim email kepada kami bappedalitbang@probolinggokota.go.id

× LAYANAN ONLINE